Sabtu, 22 Desember 2012
Teladan Seorang Ibu
Wanita itu hanya seorang ibu rumah tangga biasa, bukan wanita ternama atau wanita karir. Meski lulus S2 dari universitas ternama, gelar akademik yang tinggi tidak membuatnya malu untuk mengatakan bahwa dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Baginya ilmu yang didapat lebih utama dan lebih mulia bila berhasil mengamalkannya dalam keluarga. “Biarlah ilmu yang kudapat mengalir dalam nadi darah anak-anakku, sehingga kelak aku akan bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT.”
Pada situasi saat ini, banyak wanita berjuang untuk menempuh karir dan menganggap remeh profesi sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi wanita yang satu ini dengan penuh bersahaja menggeluti profesi ibu rumah tangga selama belasan tahun dengan ikhlas.
Keteladanan Seorang Ibu
Hampir setiap hari di sepertiga malam terakhir, dia bangun paling awal untuk menghadap Pencipta Nya, lantas menjelang subuh dibangunkan suami dan buah hatiya dengan ketulusan. Sementara sang surya masih malas menampakkan wajahnya, dia telah menyiapkan sarapan, menyiapkan perlengkapan kerja suami, dan sekolah putra-putrinya. Beginilah keseharian yang telah dikerjakannya, tetapi dia sangat menikmatinya. Baginya ketaatan seorang istri terhadap suami sama seperti kaum lelaki berjihad.
Ketulusan untuk melayani keluarga dilaksanakan dengan senyum, tidak merasa bosan atau lelah untuk mengurus rumah tangganya, juga tidak pernah meminta berlebihan kepada suami, hanya satu pintanya jangan membawa nafkah yang tidak diridhoi oleh Allah SWT ke dalam keluarga.
Dia pun mengajarkan kemandirian kepada putra-putrinya, jangan pernah menjadi benalu bagi orang lain. Mengajarkan kesederhanaan dalam bersikap, bertutur kata serta berperilaku. Dia tidak pernah marah, dia hanya tersenyum bila putra-putrinya salah dan menjelaskan dengan kelembutan bahwa yang dilakukannya salah atau tidak baik. Dan kalimat terakhir yang sering diucapkannya “Nak, ibu cuma minta dua hal, dirikan sholat dan jangan sekali-kali kamu berbohong.”
Kesederhanaan, tanggung jawab, kejujuran landasan utama wanita itu menjalankan profesi ibu rumah tangga. Dia begitu memperhatikan keluarganya, akan tetapi kewajiban dan hak bermasyarakat tidak dilupakan, berpartisipasi dalam kegiatan kampung, PKK, arisan, bersosialisasi, berkumpul untuk membangun masyarakat. Hal ini membuat tetangganya bersimpati, bukan karena gelar masternya. Baginya, tiada jabatan yang paling agung selain ibu rumah tangga.
Wanita boleh menjadi apa saja, tetapi jangan pernah dilupakan bahwa dirinya adalah seorang ibu rumah tangga. Meski Anda tidak mengenal wanita itu, tetapi dia adalah teladan di antara wanita-wanita yang meneriakkan persamaan gender.
Dia adalah seorang ibu, yang menjadi jantung dalam sebuah keluarga dan sebuah keluarga adalah inti dari terbentuknya suatu bangsa. Keteladanan seorang ibu begitu sederhana, namun hasilnya sungguh luar biasa.
(Asadulloh Al-Fruq – Al Kautsar)
>sumber<
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar